Cafe De Sava Petra toga mas, jadi pilihan buat tempat ngerjain riset, tetep masih belum ada mood buat ngelanjut tugas riset. Akhirnya, sambil menyelam minum air, iseng foto-foto interior cafe dan ngobrol dengan pengelola cafe De Sava.
Coffee Shop De Sava adalah, kedai kopi yang dimiliki oleh bapak Johan Budi Sava , yang terletak di Jalan Pucang Anom Timur 5 Surabaya. Nama De Sava diambil dari nama belakang pemilik coffee shop ini. Pangsa pasar dari coffee shop ini adalah, kalangan menengah, melihat dari menu makanan dengan harga yang terjangkau. Konsumen yang datang pun beragam. Mulai muda-mudi sampai orang tua.
- Penggunaan gambar cangkir pada logo, memiliki arti, bahwa de Sava adalah coffee shop, dan memiliki menu kopi sebagai menu utama
- Nama “de” digunakan, untuk menciptakan kesan kolonial. Seperti halnya pada masa penjajahan Belanda dahulu .
- Warna merah pada penulisan de Sava dimaksudkan agar terlihat eye cathcing
- Warna putih dan hitam, adalah konsep modern yang ingin diterapkan pada Cafe.
definisi modern : Suatu langgam yang menggunakan bentukan sederhana dan geometris dalam pengaplikasiannya pada interior maupun eksterior. Modern biasanya merujuk pada sesuatu yang terkini dan baru.
definisi kolonial menurut buku Arsitektur Indonesia di Zaman Kolonial : Adalah sebuah masa dimana sebuah budaya bercampur antara buadaya asli dengan budaya asing dibawah penjajah saat menjajah wilayah tersebut.
oke, secara garis besar, kita sudah mendapat definisi dari modern dan kolonial, selanjutnya foto eksisting dari sebuah cafe de sava
Pemakaian material kursi dan bentuk nya yang vintage mungkin bisa dibilang kursi ini termasuk kolonial. kursi pada cafe merupakan transformasi dari kursi antik pada umumnya. seperti :
http://irasaimase.multiply.com/journal/item/14 |
kursi pada gambar diatas adalah sebuah kursi antik, atau dengan nama lain adalah kursi becak. kursi ini sama dengan yang digunakan pada cafe de sava ..
hanya saja berbeda pada penggunaan material , pada cafe de sava kursi terbuat dari anyaman rotan dan besi sebagai pengganti kayu yang difinishing cat warna merah.
2. Lantai
penggunaan lantai kolonial biasanya penuh dengan ornamen dapat juga disebut tegel.
http://www.riyantoyosapat.com/arsitektur/tegel-tiles-teraso-and-cement-mixture.html Lantai kolonial menggunakan warna-warna yang digunakan pada gmabar tegel. dan pada cafe de sava,sentuhan kolonial terletak pada pemilihan warna pada lantai keramik, yakni warna terakota. 3. Plafon Untuk elemen interior seperti plafon dan kolom, tidak terlihat sentuhan kolonial. karena tidak adanya ornamen dan plafon juga tidak di ekspos |
sumber : balai pemuda (data riset arima anggraeni) |
menggunakan plafon dengan ekspos kayu vertikal dan horizontal. pada plafon adalah ciri plafon kolonial.
4. Kolom.
Kolom pada jaman kolonial menggunakan ornamen seperti hal nya pada plafon .. ornamen berupa sulur motif, tumbuhan ataupun flora yang dipengaruhi oleh jaman penjajahan pada masa itu.
sumber : balai pemuda (data riset arima anggraeni) |
lantainya yang kurang ngolonial ya... padahal ada teman saya di cirebon yang pesan lantai bergaya art nouveau ini jauh-jauh ke jogja dan bisa custom baik desain maupun jumlah pesanan. sip.sip. tfs.
BalasHapus